Minggu, 15 Juni 2014

PENEMUAN PENEMUAN BARU DI BIDANG KIMIA



1.        Penemuan dua senyawa baru yang diyakini mampu mengobati manusia dari kecanduan rokok dan alkohol.
Penemuan spektakuler di bidang kimia yang satu ini terkait dengan peran kimia di bidang kesehatan. Para ilmuwan peneliti asal Klinik Ernest Gallo serta Pusat Penelitian di Universitas California, San Francisco, dan Pfizer Inc, telah menentukan bahwa dua senyawa baru mungkin diperkirakan cukup efektif untuk mengobati ketergantungan terhadap alkohol dan nikotin pada saat yang bersamaan. “Data kami telah menunjukkan bahwa dengan cara menargetkan subtipe nAChR tertentu, dimungkinkan akan bisa mengobati ketergantungan seseorang terhadap alkohol dan nikotin dengan satu obat,” itulah pernyataan resmi para peneliti tersebut. Sementara nAChRs sendiri merupakan protein yang ditemukan di dalam otak serta sistem saraf pusat lebih luas yang berfungsi untuk memediasi efek zat-zat seperti nikotin. Dua senyawa yang dimaksud tersebut adalah CP-601932 dan PF-4575180.
Berikut ini adalah struktur molekul dari kedua senyawa tersebut:
Senyawa obat ketergantungan Nikotin dan Alkohol
2.      Penemuan alat baru untuk membuang logam berat di air
Cyclic Electrowinning PrecipitationPenemuan spektakuler di bidang kimia selanjutnya adalah pada peran ilmuwan kimia untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Salah satu konsekuensi dari adanya aktivitas industri adalah pencemaran logam berat di lingkungan akibat dari aktivitas industri tersebut. Cukup diakui bahwa membuang logam berat ke lingkungan seperti air adalah perkara berat yang saat ini selalu menjadi pekerjaan rumah tak terselesaikan oleh berbagai perusahaan industri. Untuk menjawab semua itu, para insinyur asal Universitas Brown telahh mengembangkan sebuah sistem yang dengan cukup bersih dan efisien, mampu membuang logam berat jejak dari air. Dalam uji cobanya, para peneliti tersebut menunjukkan bahwa sistem tersebut mampu mengurangi konsentrasi cadmium (Cd), tembaga (Cu), dan nikel (Ni) dan mengembalikan air yang tercemar ke nilai yang mendekati atau di bawah standar yang bisa diterima. Sistem tersebut diberi nama presipitasi elektrowinning siklis–cyclic electrowinning precipitation (CEP), yang terbukti mampu membuang hingga 99 persen tembaga, cadmium, serta nikel. Dan juga kemampuannya dalam menyisakan air yang tercemar berada di standar kebersihan yang diterima.
  1. Penemuan robot molekuler yang mampu menjalankan perintah
Penemuan spektakuler di bidang kimia kali ini adalah terkait dengan peran ilmu kimia di bidang tekonologi. Para ilmuwan saat ini telah mampu mengembangkan sebuah robot molekuler yang dirancang untuk dapat diprogram. Robot molekuler merupakan sebuah mesin sub mikroskopsi molekuler yang terbuat terbuat dari DNA sintesis dan bergerak di antara lokasi jalur yang terpisah pada jarak 6 nano meter saja. Sebelumnya, ilmuwan lain telah menemukan robot sejenis yang terbuat dari molekul DNA sintesis dan mampu bergerak secara otonom. Inovasi dari penemuan ini adalah bagaimana agar robot tersebut mampu bergerak ke segala jalur dan tidak hanya bergerak lurus. Inilah yang membuat penemuan ini menjadi penting, yakni kuncinya terletak pada “jepitan bahan bakar,” yakni sebuah molekul yang akan bertindak sebagai sumber energi kimia dari robot tersebut sekaligus juga fungsinya untuk mendorong robot sepanjang jalur serta sebagai instruksi routing. Instruksi ini nantinya akan memberi tahu si robot ke arah mana harus bergerak selanjutnya, apakah ke kanan, ke kiri, persimpangan di sebuah jalur dan sebagainya. Bahan ini secara tepat mampu mengendalikan rute robot, sekaligus juga akan memungkinkan terjadinya proses transfer obat atau bahan lainnya ke tubuh robot tersebut.
4.      Muons dan Material Pembentukan Alam Semesta

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpWi0TTHcGjrznfp8SCaIbnTXIFMDtSvoHoXCDtJrGmwcWuzdUT6gBNfKGrKhq6UA9IbOcSvZyra8wdh9zB32pwUgXxcWhzAmMCRo5OIC22EIfSIJoAit9piWoMx8s1wxsvjPeoE5siXM/s1600/index.jpegPara ilmuwan mengatakan bahwa jumlah materi dan anti materi yang dihasilkan sebelum big bang haruslah berbeda. Hanya perbedaan itulah yang memungkinkan terciptanya semesta. Sebelumnya, perbedaan itu hanya mungkin dalam teori. Hingga tahun ini, percobaan partikel di Fermilab menemukan bahwa muons (partikel sub atomik seperti halnya elektron) yang dihasilkan memiliki kelebihan 1% anti muons. Perbedaan muons dan anti muons tersebut memang tidak terlalu banyak. Namun, para ilmuwan mengatakan bahwa jumlah itu cukup untuk memacu terciptanya semesta.










5.      Elemen Kimia Terbaru Diberi Nama Copernicium 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTKZsuNkdqv7tgCHhYst5qkLTc4oaJtXbMzgZGQRNr_R3kxwGszrUXb_zxxFeyTqHyE-k_CloTXYrrkJAoKhlplDl0CVJU_M_qOyMX9Dh-3S1-Rhlr1CCqiGWDapcvROF3XmmFw0bwk0U/s1600/indexww.jpeg
Dunia kimia digemparkan lagi nih sama penemuan elemen kimia terbaru 112 pada tabel periodik yang akan diberi nama copernicium. Pemberian nama tersebut kabarnya sebagai bentuk penghargaan bagi ahli astronomi Nicolaus Copernicus. “Kami ingin menghormati seorang ilmuwan terkemuka yang merubah pandangan kami di dunia,” kata Hofmann Sigurd, ketua tim penemuan pusat penelitian ion berat Helmholtz Center di Kota Darmstadt, Jerman, baru-baru ini.
Copernicus yang hidup pada kurun waktu 1473-1543, telah membuktikan bahwa matahari merupakan orbit bumi. Penemuannya itu dinilai membuka jalan pada manusia untuk melihat dunia.
Sekedar informasi aja, pada tahun 1996 ilmuwan menemukan elemen 112. Elemen kimia bernomor 112 atau uninbium akan dimasukkan dalam tabel periodik secara resmi oleh The International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) dalam waktu dekat. Uninbium merupakan bahasa Latin dari angka 112.
Uninbium pertama kali diciptakan dengan cara menembakkan atom elemen seng (Zn) ke logam timbal (Pb) melalui akselerator partikel sepanjang 120 meter. Elemen ini memiliki massa 277 kali lebih berat dari hidrogen sehingga menjadi elemen terberat yang ada dalam tabel periodik.
Ununseptium sendiri Merupakan unsure kimia baru, dan  untuk sementara dinamai unsur ke 117 . Ununseptiun adalah  kombinasi antara isotop berkelium dan kalsium yang diciptakan para ilmuwan di Dubna, Rusia. Para fisikawan mengatakan bahwa unsur ini bisa menunjukkan “island of stability”, dimana unsur yang terberat bisa bertahan selama berbulan-bulan.
Unsur dengan nomor atom 117 ini dibuat dengan cara memborbardir 249Bk dengan ion kalsium dalam siklotron JINR U4000 selama 150 hari yang terdapat di Dubna. Keseluruhan proses yang memakan waktu tidak lebih dari 320 hari yang merupakan waktu paruh unsur Bk (150 hari dalam siklotron+analisis data+review oleh tim peneliti) ini akhirnya berhasil menghasilkan 6 atom Ununseptium. Masing-masing dari keenam atom tersebut kemudian meluruh dengan memancarkan partikel alfa menjadi unsur bernomor atom 115 kemudian 113 sampai intinya terbelah menjadi dua atom yang lebih stabil.








6.      AIR ELASTIS
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbbv_TGi5aQVF5DELAfKi7UbGAgspy1F___jlDuC5hYpQ1Uv0zlBRjv2zbqmvgZtgYirg3wF_95s5VVvopH370u9YRr3VOqXBam1VBU4V50j2bhkZU2PFZpa0h6aUJDodwjvTPuvawow8/s1600/index.png
MATRERI ini sebagian besar terdiri dari 95% air dengan tambahan 2 garam tanah liat dan bahan organik. Menyerupai zat yang dihasilkan agar-agar atau gel, namun sangat elastis dan transparan.
Penemuan ini awalnya terungkap minggu lalu dalam edisi terbaru majalah ilmiah Nature. Menurut para ilmuwan Jepang, bahan baru ini sangat aman untuk lingkungan dan manusia, dan sangat mungkin untuk menjadi salah satu media penting dalam teknologi kedokteran untuk menolong yang terluka atau menyelesaikan pembedahan yang aman (seperti menggantikan bagian-bagian tubuh yang dipotong).
Bahkan dengan meningkatkan densitasnya, material baru ini dapat digunakan untuk menghasilkan “bahan plastik ekologis,” atau bisa menggantikan plastik sama sekali. Tahap ini masih dalam penelitian hingga September 2010. Namun jika berhasil, para ilmuwan mungkin telah menemukan sebuah terobosan untuk membuat dunia sedikit lebih hijau.

7.      CHIP YANG TERINTEGRASI KIMIA PERTAMA DI DUNIA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh78eF5jHU7BBri5ih7MDfzWtY2l2P_gE2u9Qt70w2b3QjvH4hDNlzr_3yKI0mumD8dwQzp4VhuJo3yYTFWVXy7bCTgecZ5lI4mn40doii_eY9moipPsOT7tJHFknTEYwdY1HQidnfnv_0/s320/penemuan-baru-chip-yang-terintegrasi-kimia-pertama-di-dunia.jpg

Sebuah penemuan baru di bidang rekayasa kontol yang terintegrasi kimia pertama, mirip dengan silikon berbasis elektronik, tetapi untuk bahan biologis untuk kontrol tubuh manusia. Mengingat tubuh manusia bukanlah mesin, melaingkan jutaan syaraf yang sangat rumit, dan mengatur tubuh manusia dimana pusat konntrolnya terdapat pada otak sangatlah sulit. Penemuan baru ini ditemukan oleh Klas Tybrandt, seorang mahasiswa doktor dalam Elektronika Organik di Universitas Linköping, Swedia.
Sebuah rangkaian kimia yang mirip dengan silikon memungkinkan zat kimia yang berbeda dapat berjalan melalui tubuh, dan mengirim sinyal ke otak yang akan mengontrol pergerakan tubuh. Kirim kimia tertentu untuk sinapsis otot yang tidak sinyal, misalnya, dan membimbing melalui sirkuit. (Pesaing kimia besar dalam hal ini tampaknya menjadi asetilkolin neurotransmitter, yang memungkinkan kontrol otot.) Sebelum ini, Electronics Organik kelompok riset di Linköping University telah mengembangkan transistor untuk mengangkut molekul, tapi sirkuit ini menawarkan lebih banyak fleksibilitas pengiriman sel tunggal keseluruhan.
Para peneliti berharap ini membuka gerbang untuk bidang baru dari teknologi sirkuit berdasarkan ion dan molekul elektron.
Sementara chip silikon yang ditemukan dalam perangkat elektronik yang dibangun di sekitar aliran elektron melalui sirkuit, dengan pengembangan “chip kimia terintegrasi “, seorang mahasiswa doktor di Linköping University jurusan Elektronik Organik di Swedia telah menciptakan dasar untuk teknologi sirkuit yang sama sekali baru berdasarkan transmisi ion dan molekul.
Sementara Elektronik Organik kelompok riset di Universitas Linköping sebelumnya mengembangkan transistor ion yang mampu mengangkut kedua ion positif dan negatif, serta biomolekul, doktor siswa Klas Tybrandt telah pergi satu langkah lebih jauh dengan menggabungkan kedua jenis transistor ke sirkuit yang saling melengkapi, mirip dengan cara tradisional berbasis silikon elektronik. Seperti berbasis silikon chip, chip kimia terintegrasi berisi gerbang logika, seperti gerbang NAND, yang membentuk dasar dari elektronika digital dengan memungkinkan untuk pembangunan semua fungsi logis.
Tapi tidak seperti silikon tradisional berbasis elektronik di mana elektron bertindak sebagai pembawa muatan, sirkuit kimia menggunakan zat kimia. Para peneliti mengatakan bahwa karena zat kimia dapat memiliki berbagai fungsi, chip kimia memberikan peluang baru untuk mengontrol dan mengatur jalur sinyal sel dalam tubuh manusia.
“Kita bisa, misalnya, mengirimkan sinyal ke sinapsis otot mana sistem sinyal mungkin tidak bekerja untuk beberapa alasan,” kata Magnus Berggren, Profesor Elektronik Organik dan pemimpin kelompok penelitian. “Kami tahu karya chip kami dengan zat sinyal umum, misalnya asetilkolin.”
Terobosan ini datang di bagian belakang pekerjaan dimulai tiga tahun lalu oleh Tybrandt dan Berggren untuk mengembangkan transistor ion yang dapat mengontrol dan mengangkut ion dan biomolekul dibebankan. Para peneliti di Karolinska Institutet kemudian menggunakan transistor untuk mengontrol pengiriman ke sel-sel individual asetilkolin, yang bertindak sebagai neurotransmitter di sistem saraf perifer, pusat, otonom dan somatik.

ADANYA BINTIK BUTA



A.      TUJUAN                       :
Mengetahui jarak dan adanya bintik buta.
B.      LANDASAN TEORI       :
Kemampuan sistem penglihatan untuk mengetahui susunan ruang pandang penglihatan, yaitu, untuk mendeteksi bentuk obyek, kecemerlangan masing-masing bagian obyek, pembuatan bayangan, dan sebagainya tergantung pada fungsi korteks penglihatan primer.  Daerah ini terutama terletak pada fisura kalkarina yang secara bilateral terdapat pada permukaan medial masing-masing korteks oksipitalis.  Pada setiap titik pada pandangan penglihatan, tempat terdapat perubahan dari gelap keterang atau dari terang kegelap, daerah korteks primer penglihatan yang sesuai terangsang.  Intensitas perangsangan ditentukan oleh selisih kontras.  Yaitu, makin nyata batas kontras dan makin besar selisih intensitas antara daerah terang dan gelap, makin besar.  Jadi, bentuk kontras pada pandangan penglihatan dikesankan pada neuron korteks penglihatan, dan bentuk ini mempunyai orientasi ruang yang secara kasar sama seperti bayangan retina (Guyton, 1988). 
Mata berbagai kelompok vertebrata berbeda dalam adaptasi untuk melihat dalam air, di udara dan di bawah cahaya dengan intensitas yang berbeda, tetapi ciri-ciri utamanya sama.  Analogi antara mata vertebrata dan kamera adalah sempurna.  Mata mempunyai lensa yang dapat difokuskan untuk jarak yang berbeda-beda, suatu diafragma (iris) yang mengatur lubang cahaya (pupil) dan kepekaan cahaya retina yang terletak di bagian belakang mata dan sama dengan film pada kamera (Villee, 1999).
Mata manusia berbentuk agak bulat.  Mata tersebut dibalut oleh tiga lapis jaringan yang berlainan.  Lapisan luar, yaitu lapisan sklera, sangat kuat.  Lapisan tengah mata, yaitu lapisan koroid, amat berpigmen dan melanin dan sangat banyak berpembuluh darah.  Lapisan ini berfungsi untuk menghentikan refleksi berkas cahaya yang menyimpang di dalam mata.  Lapisan dalam mata ialah retina.  Retina terdiri atas reseptor cahaya yang sesungguhnya, yaitu batang dan kerucut (Kimbal, 1983).
Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf, batang dan kerucut.  Semuanya termaksuk dalam kontraksi retina, yang merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan  impuls saraf dari luar menuju diskus optik, yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata.  Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai retina.  Bagian yang paling peka adalah maluka yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optik persis berhadapan dengan pusat pupil (Pearce, 1999).
Benda yang terkena cahaya akan membiaskan cahayanya melalui kornea dan diteruskan ke aqeus humor, pupil, lensa mata, vitrous humor, kemudian retina. Cahaya yang masuk ke bagian bintik kuning retina akan mengenai sel-sel batang dan kerucut. Sel kerucut sebagai fotoreseptor yang peka cahaya akan menangkap rangsang dan mengubahnya menjadi impuls yang dihantarkan ke saraf optik ke otak besar bagian belakang (lobus oksipitalis). Pada lobus oksipitalis  ini terjadi asosiasi berupa kesan melihat benda
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina

C.      ALAT DAN BAHAN       :
-kertas manila putih
-penggaris kayu/besi/pelastik sepanjang 1 meter
-spidol atau pulpen
-alat tulis

D.     LANGKAH KERJA          :
-Sediakan kertas manila ukuran lebar 3 cm dan panjang 14 cm
-Buatlah tanda . dan x pada kertas tersebut dengan jarak 10 cm
-Pegang kertas tersebut dengan tangan kiri sepanjang tangan (50 cm)
-Pusatkan pandangan mata kiri pada tanda x dan tutup mata kanan
-Dengan mata kiri tetap terpusat pada x, dekatkan kertas kea rah mata secara perlahan hingga tanda titik hilang dan kemudian tampak kembali
-Ukur dan catat dalam table pada jarak berapa tanda titik hilang dan pada jarak berapa titik tampak kembali
-Balik letak x dan lakukan prosedur diatas dengan mata kanan sebanyak 3x pengulangan

E.      HASIL PENGAMATAN  :

Ulangan
Mata kanan ditutup
Mata kiri ditutup
Jarak pada waktu tanda (+) hilang
Jarak pada waktu tanda (+) tampak
Jarak pada waktu tanda (o) hilang
Jarak pada waktu tanda (o) tampak
1
45
29,5
42
46
2
46
29
41
48
3
44
31,5
44
47
Jumlah
135
90
127
141
Rata-rata
45
30
42,33
47



F.       PEMBAHASAN :
Reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Bagian yang berfungsi sebagai penerima rangsangan tersebut adalah indra. Konduktor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghantar rangsangan. Bagian tersebut adalah sel-sel saraf (neuron) yang membentuk system saraf. Sel-sel saraf ini ada yang berfungsi membawa rangsangan ke pusat saraf ada juga yang membawa pesan dari pusat saraf. Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar (baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin).
            Ketiga hal ini mempengaruhi sangat besar pada system kerja dan kordinasi mata. Bintik buta yaitu merupakan suatu bagian dari mata yang berfungsi sebagai daerah tempat saraf optik meninggalkan bagian dalam bola mata dan tidak mengandung sel konus dan batang. 
Saat kita tidak dapat melihat suatu obyek pada jarak tertentu, maka itulah jarak titik buta. Setiap individu mempunyai jarak bintik buta yang berbeda dengan individu lainnya saat melihat obyek. Sebagaimana kita ketahui bersama semua impuls saraf yang dibangkitkan oleh batang dan kerucut.  Sel batang dan kerucut merupakan bagian retina yang mampu menerima rangsang sinar tak berwarna (sel batang) dan mampu menerima rangsang sinar kuat dan berwarna (sel kerucut).
 Sel batang dan kerucut ini berjalan kembali ke otak melalui neuron dalam saraf optik, oleh karena itu obyek dapat ditebak bentuknya. Tidak terlihatnya obyek dengan jarak tertentu disebabkan karena pada bagian retina terdapat suatu titik tempat kira-kira satu juta neuron bertemu pada saraf optik, tidak terdapat sel batang dan kerucut.  Titik inilah yang disebut titik buta, dimana seseorang tidak dapat melihat obyek pada jarak tertentu.
Terdapat perbedaan jarak hilangnya tanda lingkaran pada waktu pengamatan. Secara keseluruhan, rata-rata hasil menunjukkan perbedaan jaraknya hanya sedikit.
Bayangan suatu benda tidak nampak pada jarak tertentu, karena pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina. Bayangan akan nampak jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina. Kejelasan mata dalam melihat benda antara orang yang satu dengan yang lain pasti berbeda. Apabila rata-rata frekuensi kecil maka kejelasan mata dalam melihat benda masih baik dan apabila rata-rata frekuensi besar maka kejelasan mata dalam melihat benda kurang baik.
Jarak bintik buta pada mata kanan kiri manusia rata-rata adalah sama. Bayangan benda tidak terlihat pada jarak tertentu, karena pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina karena cahaya yang jatuh pada bagian ini tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke saraf optik yang akhirnya menyebabkan tidak terjadinya kesan melihat. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka bayangan benda akan terlihat.
Pada percobaan yang telah dilakukan, posisi bintik buta mata kanan dan kiri berbeda. Pada jarak tertentu, benda terlihat dan pada jarak tertentu benda tidak terlihat. Ketika benda tidak terlihat pada jarak tertentu, hal ini disebabkan oleh pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh dibagian bintik buta pada retina yang cahayanya jatuh pada bagian yang tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke saraf optik. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka benda dapat terlihat.
Bintik buta ini dapat dipengaruhi karena seseorang mengkonsumsi rokok. Seperti yang kita ketahui kalau rokok bila dikonsumsi banyak menyebabkan penyakit berbahaya. Salah satunya ialah bertambahnya jarak bintik buta yang kita punya

G.     KESIMPULAN               :
Jarak bintik buta pada mata kanan kiri manusia rata-rata adalah sama. Pada percobaan yang telah dilakukan, posisi bintik buta mata kanan dan kiri berbeda. Perbedaan yang terjadi tidak terlalu besar jaraknya. Jadi ada suatu titik dimana mata kita tidak dapat memfokuskan atau melihat benda dengan jelas sehingga benda tersebut menjadi tidak terlihat.

H.     DAFTAR PUSTAKA           :
Guyton, 1988. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC Kedokteran.Jakarta. 
Kimball, John W. 1983. Biologi. Jilid 2. Ed ke-5. Terjemahan Siti Soetarmi Tjitrosomo & Nawangsari sugiri. Erlangga.Jakarta. 
Pearce, C Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. 
Villee, Claude A., dkk. 1999. Zoologi Umum. Jilid I. Ed ke-6. Terjemahan Nawangsari sugiri. Erlangga.Jakarta.