DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………………….... i
Daftar
Isi……………………………………………………………………………... ii
Bab
I Pendahuluan………………………………………………………………… 1
A. Latar
Belakang Masalah………………………………………………….. 1
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………... 3
C. Tujuan
Penelitian………………………………………………………… 3
D. Manfaat
Penelitian……………………………………………………….. 3
Bab
II Tinjauan Pustaka…………………………………………………………… 4
1. Karakteristik
Air Baku…………………………………………………… 4
2. Air
Minum………………………………………………………………... 7
3. Tumbuhan
Kelor…………………………………………………………. 7
Bab
IIIMetode Penelitian…………………………………………………………… 10
A. Populasi…………………………………………………………………… 10
B. Sampel……………………………………………………………………. 10
C. Variable
Penelitian………………………………………………………... 10
D. Desain
Penelitian………………………………………………………….. 10
E. Alat
dan Bahan Penelitian………………………………………………… 10
Bab
IV Hasil dan Pembahasan……………………………………………………… 12
A. Persiapan
Tanaman………………………………………………………… 12
B. Hasil
Analisa Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali Asin………… 12
C. Hasil
Analisa Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali Garang……… 15
D. Hasil
Analisa Bubuk Serbuk Daun Kelor dengan Sampel
Air Kali Garang…………………………………………………………….. 16
Bab
V Penutup………………………………………………………………………… 19
A. Kesimpulan………………………………………………………………….. 19
B. Saran………………………………………………………………………… 19
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………. 20
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia, rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kita masih diberi kesempatan untuk mengabdi dan
menyumbangkan pikiran untuk nusa, bangsa dan negara, khususnya dibidang pendidikan.
Tujuan pendidikan
adalah untuk mencerdaskan bangsa, membentuk sumber daya manusia yang handal dan
berdaya saing, membentuk watak dan jiwa social, berbudaya, berakhlak mulia dan
berbudi luhur, serta berwawasan pengetahuan yang luas dan menguasai teknologi.
Pendidikan itu sendiri merupakan media pembekalan pengetahuan, keterampilan,
dan penguasaan teknologi bagi siswa untuk berkarya secara inovatif, kreatif,
dan tepat guna.
Salah satu wujud nyata
dari tujuan dan arti dari pendidikan diatas, kami tim penyusun makalah telah
berhasil mengembangkan dan menyelesaikan makalah dengan judul “KEGUNAAN DAUN
KELOR” dimana makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
kami.
Mudah-mudahan makalah
ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dari mulai penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini.
Semarang, 15
Januari 2014
Tim Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Air
dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan
oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara
kesehatannya. Kehadiran air di dunia ini sangat penting sekali artinya bagi
kehidupan karena tanpa air semuanya akan musnah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan, tanpa air tidaklah mungkin ada
kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan telah membuktikan bagaimana pentingnya
air dalam berbagai fenomena. Namun sumber daya air ada batasnya dan apabila
pengelolaannya keliru dapat menimbulkan suatu kerusakan/kehancuran (bencana
akibat banjir dan sebagainya). Oleh sebab itu pengembangan dan pengelolaan
sumber daya air secara nasional merupakan suatu keharusan.
Kota
Semarang merupakan salah satu kota di pulau jawa yang mempunyai pantai dan laut
sehingga keberadaan sungai di kota semarang juga banyak. Banyaknya pabrik di
kota semarang berpeluang untuk terjadi pencemaran lingkungan, terutama adalah
pencemaran air. Misalkan sungai Kaligarang, yang berdasarakan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Herdiana (2008), menyebutkan bahwa Kali Garang telah
tercemar logam Cromium (Cr), Cadmium (Cd), Plumbum (Pb) dan Demand Oxygen (DO)
dan fenol yang berada diatas ambang batas. Keberadaan logam tersebut sangat
berbahaya untuk ekosistem yang ada disekeliling dan kesehatan manusia, dengan
begitu harus segera dicarikan solusi. Disisi lain sungai yang berada di
Semarang memiliki kekeruhan yang semakin berlebih, padahal air sungai masih
digunakan oleh sebagian masyarakat Semarang, misal masyarakat Semarang Utara.
Komsumsi air sungai yang kurang diperhatikan kebersihannya dapat menyebabkan
berbagai penyakit. Maka dengan begitu akan memperlukan solusi konkret untuk
mengubah air keruh menjadi air jernih yang layak dipakai sehari-hari.
Tanaman
Kelor (Moringa oleifera, lamk) atau
sinonim dari Moringa pterygosperma, Gaertn berasal dari familia Moringaceae
merupakan jenis tumbuhan perdu (termasuk ke dalam tumbuhan tingkat tinggi atau
biasa disebut dengan pohon kecil) dengan tinggi batang 7 - 11 meter, berbatang
lunak dan rapuh, dengan daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan
tersusun majemuk. Di Indonesia, khususnya di lingkungan perkampungan dan
pedesaan, tanaman kelor baru sampai menjadi tanaman pagar hidup, batas tanah
ataupun penjalar tanaman lain, tetapi manfaat dari daun dan karangan bunga
serta buah muda sebagai sayuran, sudah sejak lama digunakan. Bunganya akan
tetap dipelihara hingga menjadi buah dan menghasilkan biji yang dapat dijual
kepada perusahaan asing yang memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak
sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi.
Sejak
awal tahun 1980-an oleh Jurusan Teknik Lingkungan ITB, daun kelor digunakan
untuk penjernihan air permukaan (air kolam, air sungai, air danau sampai ke air
sungai) sebagai pengendap (koagulans) dengan hasil yang memuaskan. Biji buah
kelor (Moringan oleifera) mengandung
zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air
limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Penemuan yang
telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk menjernihkan air dari
anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat dikembangkan
sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM
setempat. Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan
mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga
air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih,
Keberadaan
biji buah kelor memberikan titik terang untuk di lakukan penelitian penjernihan
air sungai kota semarang. Pada penelitian ini, sampel air baku yang digunakan
adalah sampel air yang di ambil dari air sungai Kali Garang dan sungai Asin.
Tingginya kadar warna dan adanya zat padat terlarut yang terdapat di kali tersebut harus segera
terpecahkan. Hal yang melatar belakangi digunakan air tersebut sebagai sampel
air yang perlu dilakukan pengolahan untuk memperbaiki kualitasnya terutama
untuk kadar warna. Sebagai salah satu alternatif pengolahan yang sederhana yang
dapat diterapkan untuk menurunkan konsentrasi pencemar dengan parameter warna
dan zat padat terlarut ( TDS ) adalah dengan memanfaatkan bubuk biji buah kelor
dan ekstrak daun buah kelor.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari
uraian latar belakang masalah di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut
:
1.
Apakah dengan memanfaatkan Bubuk Daun
kelor dan Ekstrak daunKelor dapat
menurunkan kadar warna, kekeruhan dan TDS pada air Kali Garang dan Kali Asin?
2.
Lebih efektif dan efisiensi manakah
antara Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daunKelor
dalam menurunkan kadar warna, dan
TDS yang terjadi?
3.
Pada konsentrasi berapakah pada Bubuk Daun
kelor dan Ekstrak daun Kelor mampu mengefisiensikan penurunanan kadar warna,
dan TDS yang terjadi?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
1.
Untuk
mengetahui manfaat Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor dalam menurunkan kadar warna, kekeruhan dan
TDS pada air Kali Garang dan Kali Asin?
2.
Untuk
mengetahui efektif dan efisiensi antara Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun
Kelor dalam menurunkan kadar warna, dan TDS yang terjadi?
3.
Untuk
mengetahui konsentrasi yang tepat Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor dalam
mengefisiensikan penurunanan kadar warna, dan TDS yang terjadi?
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.
Meminimalisasi kadar warna, dan TDS
dengan memanfaatkan Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor.
2.
Mengetahui efisiensi penurunan kadar
warna, dan TDS oleh Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor di Kali Garang dan
Kali Asin Semarang.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Karakteristik Air Baku
Penyediaan
air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang
berlaku. Untuk itu perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas air bersih
sebelum didistribusikan kepada pelanggan sebagai air minum. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak berasa. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman
patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak
mengandung zat kimia yang dapat merubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima
secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak
korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya.
Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi
standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa
dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu baku mutu
air tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata
tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat
air atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam.
Formulasi-formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja
memerlukan penilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter
kualitas air (Slamet, 1994).
Untuk dapat memahami akibat yang dapat terjadi apabila
air minum tidak memenuhi standar, berikut pembahasan karakteristik beserta
parameter kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No
416/MENKES/PER/IX/1990:
A.
Karakteristik Fisis
Sifat-sifat fisis air adalah relatif
mudah untuk diukur dan beberapa diantaranya mungkin dengan cepat dapat dinilai
oleh orang awam.
1.
Bau,
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberikan petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau
amis dapat disebabkan oleh tumbuhan algae.
2. Rasa,
Air minum biasanya tidak memberi rasa/ tawar. Air yang
tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Rasa logam/ amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya
tergantung pula pada penyebab timbulnya rasa tersebut.
3. Suhu,Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar
tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran / pipa, yang dapat
membahayakan kesehatan, menghambat
reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/ pipa, mikroorganisme patoghen tidak mudah berkembang biak, dan Bila
diminum dapat menghilangkan dahaga.
4.
Warna,
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan
dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat
disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air
rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urine, oleh karenanya orang tidak mau
menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena
khlor dapat membentuk senyawa- senyawa khloroform yang beracun. Warna pun dapat
berasal dari buangan industri.
5. Jumlah zat padat tersuspensi TSS
(Total Suspended Solid),Materi yang tersuspensi adalah
materi yang mempunyai ukuran lebih kecil dari pada molekul / ion yang terlarut.
Materi tersuspensi ini dapat digolongkan menjadi dua,
yakni zat padat dan koloid. Zat padat tersuspensi dapat mengendap apabila
keadaan air cukup tenang, ataupun mengapung apabila sangat ringan; materi
inipun dapat disaring. Koloid sebaliknya sulit mengendap dan tidak dapat
disaring dengan (filter) air biasa. Materi tersuspensi mempunyai efek yang
kurang baik terhadap kualitas air karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi
cahaya yang dapat masuk kedalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat
berkurang, dan organisme yang butuh cahaya akan mati. Setiap kematian organisme
akan menyebabkan terganggunya ekosistem akuatik.
6.
Kekeruhan, Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari
lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari
lapukan-lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga menyebabkan
sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung
perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat tersuspensi, sehingga
pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae
yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan
air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat
tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu
patogen.
B.
Karakteristik Kimiawi
Karakteristik kimia cenderung lebih
khusus sifatnya dibandingkan dengan karakteristik fisis dan oleh karena itu
lebih cepat dan tepat untuk menilai sifat-sifat air dari suatu sampel.
1.
Kimia Anorganik
Air raksa,
Aluminium, Arsen, Barium, Besi, Kesadahan, Klorida, Mangan, Ph, Perak, Nitrat,
Nitrit, Seng, Sulfat, Tembaga, Timbal, Sianida
2.
Kimia Organik
Aldrin dan
dieldrin, Benzo (a) pyrene (B (a) P), Chlordane, Chloroform, 2,4-D, Dichloro-diphenyl-trichloroetane
(DDT), Detergen.
C.
Karakteristik Biologis
Analisis Bakteriologi suatu sampel air bersih biasanya merupakan parameter
kualitas yang paling sensitif. Kedalam parameter mikrobiologis ini hanya
dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebetulnya kedua macam parameter
ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit (protozoa,
metazoa,tungau), bakteri patogen dan virus. Jumlah perkiraan terdekat (JPT)
bakteri coliform/100 cc air digunakan sebagai indikator kelompok mikrobiologis.
Hal ini tentunya tidak terlalu tepat, tetapi sampai saat ini bakteri inilah
yang paling ekonomis dapat digunakan untuk kepentingan tersebut.
D.
Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya
adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan
dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Perubahan genetik dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan
menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sulit menembus kulit, jadi bila tertelan
lewat minuman maka yang terjadi adalah kerusakan sel-sel pencernaan, sedangkan
beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang
terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi dan luasnya pemaparan.
2. Air Minum
Air
merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya
tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen
penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
serta cita rasa makanan kita. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan
sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan
biopolimer, dan sebagainya. Air dapat dikonsumsi sebagai air minum apabila air
tersebut bebas dari mikroorganisme yang bersifat patogen dan telah memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
Untuk
masyarakat awam persediaan air minum, mereka mengambil dari sumber air sebelum
dikonsumsi air tersebut harus direbus dahulu. Merebus air sampai mendidih
bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang mungkin terkandung dalam air
tersebut. Sedangkan air minum yang tersedia di pasaran luas berupa air mineral
yang berasal dari sumber air pegunungan dan telah mengalami proses destilasi
atau penyulingan di industri dalam skala besar. Penyulingan ini juga bermaksud
untuk menghilangkan mineral-mineral yang terkandung baik berupa mikroorganisme
maupun berupa logam berat.
3. Tumbuhan Kelor
Tumbuhan
kelor memiliki nama ilmiah :Moringa
oleifera Lamk dan Moringa
pterygosperma Gaertn. Sedangkan nama daerah : Kelor (Indonesia), Kelor
(Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo
(Gorontalo), Keloro (Bugis), Kerol (Buru), Kawona (Sumba), Ongge (Bima), Hau fo
(Timor).
A.
Morfologi Kelor
Kelor (Moringa oleifera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki
ketingginan batang 7 -11 meter. Pohonnya kecil, poreus, rasa dan bau tajam. Di
Jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk
obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah
patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk
bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai.Kelor
dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah
300-500 meter di atas permukaan laut. Bijinya berbau minyak ”behen” atau ”ben”,
bersegi tiga, bersayap 3, seperti selaput, dalam bentuk sisir dengan paruk yang
menajam (klentang). Daunnya bersirip tak sempurna, daun kecil, berbentuk telur,
sebesar ujung jari. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung
pelepah bunganya berwarna hijau, terkumpul dalam pucuk lembaga di bagian
ketiak. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah
kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang
getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Kulit
akarnya berasa dan berbau tajam dan pedas. Biasanya dijual sebagai pipa kecil
atau dipotong menjadi bentuk saluran. Bagian dalam akar berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan
melintang. Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.
B.
Manfaat Kelor
Kelor (
Moringa oleifera Lamk) banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Banyak
berbagai macam penyakit yang dapat sembuh dengan mengkonsumsi tanaman kelor
ini, entah yang diambil bagian akar, batang, daun, bunga, buah, maupun bijinya.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa dimanfaatkan
untuk keperluan lain, seperti : untuk bahan makanan. Biasanya bagian yang
diambil untuk dijadikan bahan makanan adalah daunnya. Daun tersebut dimasak
menjadi sayur bening atau sayur bobor, yang tentunya mempunyai nilai gizi
tinggi.
Penjernihan
air dengan daun kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan penjernihan air dengan
bahan kimia, karena tumbukan halus daun kelor dapat menyebabkan terjadinya
gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air. Cara penjernihan
ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang banyak tumbuh
pohon kelor. Bentuk daun, bunga,
dan buah kelor dapat dilihat pada Gambar. Bahan untuk menjernihkan air adalah daun
kelor yang sudah tua betul dan kering.
Biji buah
kelor (Moringan oleifera) mengandung
zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate,
yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam
yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di
dalam air
1. Keuntungan
a)
Caranya sangat mudah
b)
Tidak berbahaya bagi kesehatan
c)
Dapat menjernihkan air lumpur, maupun
air keruh ( keputih-putian, kekuning – kuningan, keabu – abuan )
d) Kualitas
air lebih baik
e)
Kuman berkurang
f)
Zat
organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang
g)
Air lebih cepat mendidih.
2. Kerugian
:
Kelor
tidak berada di semua daerah, Air hasil penjeernihan dengan kalor harus segera
digunakan dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya, penjernihan dengan
cara ini hanya untuk skala kecil.
Air limbah adalah kotoran dari
masyarakat, rumah tangga dan berasal dari industri, air tanah, air permukaan
serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan kotoran yang
umum. Endapan dan bahan terlarut yang berasal dari adanya bahan buangan industri
itu berbentuk padat. Bahan buangan
industri yang berbentuk padat kalau tidak larut sempurna akan mengendap di
dasar sungai. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam
air, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air.
Akibatnya, proses fotosintesis mikroorganisme terganggu. Apabila endapan yang
terjadi berasal dari bahan buangan organik, maka mikroorganisme di dalam air
mendegradasibahan organik tersebut menjadi bahan yang lebih sederhana. Hal ini
menyebabkan oksigen terlarut berkurang dan mengganggu kehidupan organisme lain
yang memerlukan oksigen. Apabila bahan buangan berupa bahan anorganik yang
dapat larut maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari
bahan tersebut (Santosa, 2004).
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Populasi
Populasi
yang digunakan adalah tanaman kelor
(Moringa oleifera L)
B.
Sampel
Sampel
yang digunakan adalah bubuk daun kelor(Moringa
oleifera L) dan ekstra daun kelor(Moringa oleifera L).
C.
Variabel Penelitian
Variabel
yang akan diteliti adalah efisiensi dan efektifitas Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor dalam
menurunkan kadar warna, dan TDS yang terjadi dan mencari konsentrasi
yang tepat Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor dalam mengefisiensikan penurunanan
kadar warna, dan TDS yang terjadi. Pada penelitian ini variabel terikatnya
adalah Air Sungai “Kali Garang” dan “Kali Asin”. Sedangkan variabel bebasnya
adalah bubuk biji buah kelor dan ekstrak daun buah kelor.
D.
Desain Penelitian
Penelitian
dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancang Acak Lengkap
faktorial, artinya penelitian ini di pengaruhi oleh faktor-faktor dalam
penelitan. Faktor tersebut adalah konsentrasi bubuk biji buah kelor dan ekstrak
daun buah kelor.
E.
Alat dan Bahan Penelitian
1.
Alat Penelitian
Alat
yang digunakan dalam penelitian meliputi labu ukur, corong pemisah, pipet,
termometer, timbangan
analitis, gelas piala, gelas ukur, labu ukur, pH meter, oven, corong, gelas
arloji, wadah plastic, kit distilasi, lumping porselin, blender.
2.
Bahan Penelitian
Biji Buah Kelor, diambil bubuk
dan ekstrak.
3. Prosedur
Penelitian
a. Penjernihan
menggunakan bubuk biji buah kelor.
1)
Kupas daun kelor dan bersihkan kulitnya
2)
Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk
sampai halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang
3)
Campur tumbukkan daun kelor dengan air keruh dengan Jumlah
serbuk yang digunakan adalah 1 gram bubuk, 3 gram bubuk, 5 gram bubuk, 10 gram
bubuk. Masing ekstrak dimasukan kedalam
1 liter air limbah,
4)
Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60
putaran/menit.
5)
Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5
menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit.
6)
Kemudian mengamati proses
yang terjadi.
b.
Penjernihan dengan menggunakan Ekstrak daun Buah Kelor
1.
Kupas daun kelor dan bersihkan kulitnya
2.
Biji yang sudah bersih diblender, sehingga dihasilkan larutan
daun kelor
3.
Hasil larutan tersebut diekstrak kedalam tabung distilasi,
distilat berupa ekstrak daun buah kelor.
4.
Ekstrak kemudian di larutkan kedalam air sungai yang diambil
dengan berbagai konsentrasi. Selanjutnya
air diaduk merata.
5.
Konsentrasi yang digunakan adalah 1 ml ektrak, 3 ml ekstrak,
5 ml ekstrak, 10 ml ekstrak. Masing ekstrak dimasukan kedalam 1 liter air
limbah,
6.
Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60
putaran/menit.
7.
Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5
menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit.
8.
Kemudian mengamati
proses yang terjadi.
4. Analisis
Data
a. Analisa efisiensi bubuk daun kelor dalam menurunkan warna dan
mengurangi kekeruhan dan TDS, analisa dilakukan dengan melihat banyaknya zat
terlarut.
b. Analisa efisiensi ekstrak daun kelor dalam menurunkan warna
dan mengurangi kekeruhan dan TDS, analisa dilakukan dengan melihat banyaknya
zat terlarut.
c. Analisa efisiensi bubuk daun kelor dan ekstrak daun buah
kelor dengan berbagai konsentrasi dalam menurunkan warna dan mengurangi
kekeruhan dan TDS.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan tanaman
Pada penelitian ini digunakan tanaman
Kelor sebagai tanaman yang akan menyerap molekul-molekul koloid dalam air.
Tanaman ini memiliki keunggulan yaitu adanya zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengabsorbsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air
limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Tanaman ini
diambil dari dari Ngalian, Semarang. Persiapan awal dilakukan agar tanaman yang
digunakan dalam penelitian memiliki kondisi optimal dalam proses absobsi.
Tanaman pilih daun yang sudah cukup tua, hal ini diharapkan untuk mendapatkan
kandungan zat an-organik dalam daun sudah lengkap. Hal tersebut dikarenakan
daun yang sudah tua metabolisme tubuh sudah maksimal. Selain menyiapakan daun,
maka daun kelor juga dipersiapakan dengan mengambil biji yang sudah sedikit tua
(sebagai indikator minimal) kemudian di jemur untuk mengurangi kadar air dalam
biji. Kandungan zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate
dalam biji lebih banyak dari pada kandungan didalam daun. Hal ini memungkinkan
penyerapan biji lebih banyak.
B.
Hasil Analisa Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali
Asin
Metode Ekstrak
Daun Kelor dengan Sampel Air Kali Asin adalah metode yang digunakan dengan cara
menganalisis kemampuan ekstrak daun kelor dalam menyerap molekul-molekul koloid
dalam air sampel tersebut. Pada metode ini digunakan ekstrak daun kelor dengan
konsentrasi 100%, dengan masing-masing dosis perlakuaan mulai 1 ml, 3 ml, 5 ml
dan 10 ml. Sampel air kali asin yang gunakan dimasing-masing gelas ukur,
volumnya adalah 1 liter. Masing-masing sampel akan di reaksikan dengan ekstrak
daun kelor dengan dosis yang berbeda. Sebelum di reaksikan, langkah yang
dilakukan adalah dengan mengukur suhu air sampel pada kondisi awal, melihat
kekeruhan awal, dan melihat ada atau tidaknya endapan koloid sebelum reaksi dan
mencatat waktu mulai rekasi sebagai bahan untuk mengetahui beberapa lama
kemampuan ekstrak daun kelom untuk menurunkan kekeruhan dan mengendapkan
partikel-partikel koloid didalam air. Hasil yang diperoleh disajikan pada tabel
1 dibawah ini.
Tabel 1 :
Hasil perlakuan sampel Air Kali Asin dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor
NO
|
Sampel Air
Kali Asin
|
Suhu (oC)
|
Kekeruhan
|
Endapan
|
Waktu
|
Warna
|
||||
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
|||||
1
|
Air
Sampel + 1 ml ekstrak Daun Kelor
|
30
|
27
|
++++
|
+
|
-
|
+
|
24
Jam
|
Bening
|
|
2
|
Air
Sampel + 3 ml ekstrak Daun Kelor
|
30
|
27
|
++++
|
++
|
-
|
++
|
24
Jam
|
Emas
Pudar
|
|
3
|
Air
Sampel + 5 ml ekstrak Daun Kelor
|
30
|
27
|
++++
|
++
|
-
|
+++
|
24
Jam
|
Emas
|
|
4
|
Air
Sampel+10 ml ekstrak Daun Kelor
|
30
|
27
|
++++
|
++
|
-
|
++++
|
24
Jam
|
Emas
Pekat
|
|
Volume
masing-masing Sampel 1 liter; Konsentrasi ekstrak 100%.
Berdasarkan
tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun kelor mampu mengabsorbsi
kotoran partikel melayang didalam air dengan masing-masing dosis yang
diberikan. Semua air sampel Kali Asin terlihat memiliki suhu awal sebelum
reaksi terjadi adalah sebesar 30oC, akan tetapi setelah akhir
penelitian diperoleh angka suhu air adalah 27oC. Perubahan suhu
dengan nilai ∆t 3oC menyebabkan air menurun suhunya sehingga suhu 27oC
mengakibatkan air lebih sejuk, dan kesejukan itulah yang menjadi indikator
kualitas air menikat. Berikut adalah grafik 1 yang menyatakan
penurunan suhu:
Grafik 1: Penurunan suhu pada sampel setelah diberi perlakuaan
Sampel air Kali Asin yang diambil memiliki tingkat kekeruhan yang cukup
nyata, Warna keruhan
tersebut disebabkan suatu bahan terlarut
atau tersuspensi dalam air, disamping adanya bahan pewarna tertentu yang
kemungkinan mengandung logam berat. Selain itu warna putih keruh juga
disebabkan oleh warna organik yang mudah larut dan beberapa ion logam(Benny
Chatib, 1990). Kekeruhan air tidak terlepas adanya bahan-bahan yang tersuspensi
yang termasuk bersifat koloid (Tchobanoglous, 1985). Zat warna adalah suatu
senyawa yang komplek yang dapat dipertahankan didalam jaringan molekul-molekul.
Zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jauh, sehingga zat
warna harus terdiri dari chromogen sebagai pembawa warna dan Auksokrom sebagai
pengikat antara warna dengan serat. Chromogen adalah senyawa aromatik yang
berisi chromopore yaitu zat pemberi warna yang berasal dari radikal kimia
seperti kelompok azo (N=N). Agar warna dapat masuk dengan baik kedalam bahan
yang akan diberi warna maka diperlukan bahan dari auxochrome yaitu radikal yang
memudahkan terjadinya pelarutan, misalnya kelompok pembentuk garam –NH2 atau OH
(Wardana, 1994).
Dengan begitu
dari tabel 1 diperoleh hasil perlakuan terhadap sampel tersebut adalah maksimal
dalam menurunkan tingkat kekeruhan, sehingga diperoleh hasil pada sampel 1
penurunan kekekeruhan hanya satu point. Angka satu point menyatakan bahwa
ekstrak 1 ml memberikan hasil warna air yang jernih dan bening. Hal tersebut
berbeda dengan sampel no 2 s.d 4 yang diperoleh tingkat kejernihan pada poin 2,
artinya bahwa ekstrak yang diberikan dengan dosis 2 ml, 3 ml, 5 ml dan10 ml
tidak memberikan efek perbedaan yang nyata. Sebaliknya bahwa semakin banyak
dosis yang diberikan maka warma sampel air yang diperoleh semakin pekat berwarna
emas. Hal tersebut diduga bahwa konsentrasi ekstrak daun kelor 100% yang
terlalu pekat menyebabkan warna hasil perlakuan juga pekat. Ada indikasi bahwa
jika dilakukan penurunan konsentrasi maka jika sampel di uji dengan dosis yang
semakin banyak maka kemungkinan warna sampel akan lebih jernih. Berikut grafik yang menjelaskan penurunan kekeruhan
berbagai dosis yang diberikan.
Semakin banyak
dosis yang diberikan pada sampel air maka akan semakin banyak pula partikel
kotoran yang melayang didalam air mampu diabsorbsi dan endapkan. Semakin banyak
dosis yang diberikan maka semakin banyak pula kandungan zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate,
sehingga kemampuan mengabsorbsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air
limbah suspensisemakin maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan
partikel-partikel kotor yang melayang paling tinggi adalah sampel yang diberi
ekstrak daun kelor dengan dosis 10 ml. Banyaknya endapan yang dihasilkan
seharusnya menyebabkan air tidak berwarna dan lebih jernih, akan tetapi karena
konsentrasi daun kelor yang diberikan adalah 100%, maka kepekatan ekstrak
tersebut yang menyebabkan air menjadi berwarna kuning keemasan. Untuk
menghasilkan pencernihan air sampel tersebut waktu yang digunakan adalah 24
jam.
C.
Hasil Analisa Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali
Garang
Kondisi awal
sampel yang diambil adalah berwarna kuning keruh, dengan banyak
partikel-partikel koloid yang melayang-layang didalam air. Perlakuan yang
dilakukan adalah sama dengan memberikan dosis yang berbeda pada setiap sampel,
dengan konsentrasi ekstrak daun kelor 100%. Dosis yang dipakai mulai 1 ml, 3
ml, 5 ml, dan 10 ml. parameter hasil yang digunakan adalah mengukur suhu awal
dan akhir sampel, perubahan kekeruhan yang diperoleh, perubahan warna,
kejernihan air dan waktu yang dibutuhkan. Berikut tabel hasil perlakuan uji
efektifitas ekstrak daun kelor terhadap sampel air Kali Garang.
Tabel 2 : Hasil perlakuan sampel Air Kali Garang dengan Pemberian Ekstrak
Daun Kelor
NO
|
Sampel Air
Kali Garang
|
Suhu (oC)
|
Kekeruhan
|
Endapan
|
Waktu
|
Warna
|
|||
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
||||
1
|
Air
Sampel + 1 ml ekstrak Daun Kelor
|
30
|
27
|
+++++
|
+
|
-
|
+
|
24
Jam
|
Bening
|
2
|
Air
Sampel + 3 ml ekstrak Daun Kelor
|
30
|
27
|
+++++
|
++
|
-
|
++
|
24
Jam
|
Emas
Pudar
|
3
|
Air
Sampel + 5 ml ekstrak Daun Kelor
|
30
|
27
|
+++++
|
++
|
-
|
++++
|
24
Jam
|
Emas
|
4
|
Air
Sampel+10 ml ekstrak Daun Kelor
|
30
|
27
|
+++++
|
++
|
-
|
+++++
|
24
Jam
|
Emas
Pekat
|
Volume masing-masing Sampel 1 liter; Konsentrasi ekstrak 100%.
Hasil
pengamatan yang terdapat pada tabel 2 diperoleh data yang sama seperti pada
tabel 1. Pada tabel dua konsidi suhu awal sampel diukur dan diperoleh 30oC
dan suhu akhir terbaca menurun 3oC sehingga suhu menjadi 27oC.
Penuruan suhu sampel air Kali Garang yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak
daun kelor mampu meningkatkan kualitas air yang diukur pada indikator suhu.
Selanjutnya kondisi ekstrak yang pekat menyebabkan sampel yang diberikan
perlakuan menjadi bening dengan warna air emas. Warna bening, emas pudar, emas
dan emas pekat merupakan hasil setelah dilihat indikator kekeruhan sampel
dimana sampel yang diberikan ekstrak dengan dosis 1 ml menyebabkan air
benar-benar bening, akan tetapi semakin tinggi dosis yang diberikan akan
menyebabkan air sampel hasil perlakuan menjadi berwarna emas. Hal tersebut
memberikan isyarat bahwa dosis yang tinggi dengan konsentrasi 100% menyebabkan
warna air sesuai dengan warna ekstrak.
Tabel 2
pada kolom kekeruhan terlihat hasil bahwa semakin tinggi dosis yang dibeirkan
dengan konsentrasi 100% menyebabkan ekstrak mampu mengabsorbsi
patrikel-partikel kotor yang melayang di air sampel. Data tersebut terkuatkan
pada sampel no 4 yang diperlakukan dengan menggunakan ekstrak dengan
konsentrasi 10 ml, maka hasil pengendapan sangat banyak hingga mencapai
indikator angka 5. Semakin banyak dosis ekstrak yang diberikan maka semakin
tinggi kandungan zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, sehingga
kemampuan mengabsorbsi dan menetralisir
partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air sampel
suspensisemakin maksimal. Perubahan suhu, perubahan kekeruhan dan pengendapan
koloid yang diperoleh merupakan pengamatan yang dilakukan selama 24 jam.
D.
Hasil Analisa Bubuk Serbuk Daun kelor dengan Sampel Air
Kali Garang
Daun kelor merupakan
organ yang memiliki kemampuan metobolisme sekunder yang baik. Semakin tua daun
kelor maka kandungan zat organik dan an-organik semakin maksimal. Maksimanya
kandungan zat tersebut dikarenan metobolit sekunder yang terjadi didalam sel
berjalan lebih maksimal. Hal tersebut memungkinkan kandungan zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate semakin
lengkap unsur-unsur pembentuknya dan memungkinkan kadar zat aktif tersebut
semakin pekat. Sehingga jika daun kelor di serbukkan dan kemudian uji kedalam air sampel maka akan diperoleh
hasil yang maksimal untuk menurunkan suhu, menurunkan kekeruhan dan
memaksimalkan penyerapan koloid dan menghasilkan warna air sampel menjadi
bening. Berikut hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel air Kali Garang
yang di beri perlakuan dengan meggunakan bubuk serbuk daun kelor.
Tabel 3 :
Hasil perlakuan sampel Air Kali Garang dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor
NO
|
Sampel Air
Kali Garang
|
Suhu (oC)
|
Kekeruhan
|
Endapan
|
Waktu
|
Warna
|
|||
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
||||
1
|
Air Sampel + 1 gr Serbuk Daun kelor
|
30
|
26
|
+++++
|
+
|
-
|
+++++
|
24
Jam
|
Bening
|
Tujuan eksperimen awal adalah untuk
menguji kemampuan ekstrak dan serbuk daun kelor dalam kemampuan untuk menurukan
suhu, menurunkan kekeruhan dan memaksimalkan penyerapan koloid dan menghasilkan
warna air sampel menjadi bening, tidak begitu berasil. Beberapa hal yang
menyebabkan tidak berasilnya memanfaatkan biji sebagai indikotor yang mampu
menjadi bahan ko-ogulator adalah : (1) Habitat Pohon kelor yang sulit diperoleh
dikota Semarang, (2) Populasi pohon kelor yang semakin berkurang di kota
Semarang, (3) Belum musim berbuah, sehingga sulit untuk memperoleh daun kelor.
Akan tetapi dengan berusaha semaksimal mungkin ternyata memperoleh daun kelor
dengan kondisi morfologi yang belum begitu tua. Biji yang diperoleh kemudian
dikeringkan dan dibuat serbuk. Serbuk yang dihasilkan akan digunakan sebagai
bahan perlakuan. Hasil yang diperoleh
ada 1 gram serbuk daun kelor, kemudian digunakan untuk perlakuan dengan sampel
air Kali Garang 1 liter. Alasan digunakannya sampel air Kali Garang adalah
bentuk karakteristik air yang lebih keruh dibandigkan dengan air Kali Asin,
sehingga diharapakan bubuk serbuk daun kelor dapat maksimal untuk memperbaiki
kualitas air sampel. Berdasarkan data tabel 3 diatas maka kemampuan 1 gram
serbuk daun kelor sangatlah efektif, hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penurunan suhu akhir, penurunan kekeruhan pada suhu akhir, pengendapan koloid
dan partikel kotor yang melayang dalam sampel air dan perubahan waran yang
dihasilkan setelah perlakuan diberikan.
Hal ini memberikan
pesan tertulis bahwa serbuk daun kelor dengan dosis 1 gram yang diberikan pada
sampel air Kali Garang selam kurang lebih 24 jam, mampu menurunkan suhu sampel
sampai ∆t 4oC sehingga suhu turun dari 30oC menjadi 26oC.
ada kemungkinan jika dosis serbuk ditambah maka kemampuan untuk menurunkan suhu
semakin baik. Selanjutnya kemampuan menurunkan kekeruhan sangat efektif karena
pada indikator kekeruhan pada point 5 mampu diturunkan pada point 1. Penurunan
kekeruhan yang dihasilkan sangat menakjubkan karena mengakibatkan warna air
sampel menjadi lebih bening dan jernih tanpa ada unsur warna kuning. Hasil
tersebut sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan ekstrak daun
kelor, karena pada ekstrak daun kelor meninggalkan efek berwarna emas bening
pada air sampel.
Kondisi awal sampel
yang tidak mampu mengendapkan koloid dan partikel layang didalam air ternyata
mampu di serap dan di endapkan oleh 1 gram serbuk daun kelor. Hasil yang
diperoleh sangat maksimal karena pengendapan koloid dan partikel mencapai pada
indikator poin 5 dari kondisi awal 0. Pengendapan ini juga menyebabkan air sampel menjadi lebih jernih
dan bening. Untuk melihat perbandingan efektifitas ekstrak daun kelor dan
serbuk daun kelor.
Hal ini
memperlihatkan bahwa bubuk serbuk daun kelor lebih unggul dalam menurunkan suhu
dengan nilai ∆t 4oC sedangkan ekstrak daun kelor baru mempu menurunkan
suhu dengan nilai ∆t 3oC. Fakta lain memperlihatkan bahwa bubuk
serbuk daun kelor unggul dalam menurunkan kekeruhan dengan angka selisih 1
point. Sedangkan dalam hal kemampuan untuk mengendapan koloid dan partikel
layang, jelas bubuk serbuk kelor lebih unggul 4 point diatas ekstrak daun
kelor. Dengan perhitungan dari kondisi awal endapan tidak ada sampai endapan
mencapai indikator 5 point pada bubuk serbuk daun kelor sedangkan ekstrak daun
kelor baru mampu menurunkan indikator 1 poin penyerapan. Warna hasil eksperimen
yang dihasilkan cukup berbeda nyata dimana bubuk lebih unggul dalam
menjernihkan. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa pada perbandingan dosis yang
sama bubuk serbuk daun kelor lebih efektif dibandingkan ekstrak daun kelor.
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa penelitian
yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Ekstrak
daun kelor pada konsentrasi 100% dengan dosis 1 ml mampu menurunkan kekeruhan
air sampel Kali Asin dan air Kali Garang dan menyebabkan warna bening.
2.
Ekstrak
daun kelor pada konsentrasi 100% dengan 10 ml mampu mengendapakan air sampel Kali Asin dan air Kali Garang
sampai indikator 4.
3.
Ekstrak
daun kelor pada konsentrasi 100% dengan dosis 1 ml lebih maksimal menjernihkan
air dari pada Ekstrak daun kelor pada konsentrasi 100% dengan 10 ml.
4.
Ekstrak
daun kelor pada konsentrasi 100% dengan dosis 10 ml lebih maksimal mengendapkan
koloid dan partikel kotor layang dalam air sampel dari pada Ekstrak daun kelor
pada konsentrasi 100% dengan 1 ml.
5.
Bubuk
serbuk daun kelor lebih efektif menurunkan suhu, menurunkan kekeruhan,
peningkatkan penyerapan dan menjernihkan air dari pada ekstrak daun kelor
6.
Bubuk
serbuk daun kelor1 gram lebih efektif menurunkan suhu, menurunkan kekeruhan,
peningkatkan penyerapan dan menjernihkan air dari pada ekstrak daun kelor
dengan dosis 1 ml.
B.
SARAN
Tak ada gading yang tak retak, begitu
juga dengan penelitian ini yang belum
sempurna. Maka saran kedepan untuk dilakukan penelitian ulang dengan
membandingkan konsentrasi ekstrak daun kelor yang bervariasi sehingga mampu
diperoleh dosis yang tepat untuk menurunkasn suhu, menurunkan kekeruhan,
meningkatkan penyerapan, dan menjernihkan warna tanpa ada efek warna kepekatan
dari ekstrak daun kelor tersebut. Selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan
membandingkan berbagai dosis bubuk serbuk daun kelor yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alaert
G, dan S.S Santika, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya,Indonesia
Chatib
B, Diktat Pengolahan Air Minum, ITB, Bandung
Effendi
Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan
Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Fardiaz,
Srikandi, 1992, Polusi Udara dan Air, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Kodoatie,
dan Sjarief, 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi Offset, Yogyakarta
Mahida, U.N, 1984. Pencemaran
Air dan Pemanfaatan Limbah industri, Rajawali, Jakarta
Purwantoyo,
dan Pitojo, S, 2003, Deteksi Pencemar Air Minum, CV. Aneka Ilmu, Demak
Slamet,
J,S., 1994, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press,Yogyakarta
Sutrisno,
dan Suciati., 1987, Teknologi Penyediaan Air Bersih., Penerbit Rineka Cipta
Karya, Jakarta
Tjokrokusumo, 1995, Pengantar
Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengolahan dan Pengolahan Air, STTL, Yogyakarta
Tyo. 2008. Kelor (Moringa
oleifera). http://sefaforever.blogspot.com/2008/11/kelor-moringa-oleifera-lamk.html.
Winarno, F G, 1996, Air Untuk
Industri Pangan, PT. Gramedia,
Jakarta
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk Boiler cooling tower chiller dan waste water treatment untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapusWA:0813-1084-9918
Terima kasih