Minggu, 15 Juni 2014

kegunaan daun kelor untuk menjernihkan air



DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………....         i
Daftar Isi……………………………………………………………………………...         ii
Bab I   Pendahuluan…………………………………………………………………         1
A.    Latar Belakang Masalah…………………………………………………..         1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………...          3
C.     Tujuan Penelitian…………………………………………………………          3
D.    Manfaat Penelitian………………………………………………………..          3
Bab II Tinjauan Pustaka……………………………………………………………          4
1.      Karakteristik Air Baku……………………………………………………          4
2.      Air Minum………………………………………………………………...         7
3.      Tumbuhan Kelor………………………………………………………….          7
Bab IIIMetode Penelitian……………………………………………………………         10
A.    Populasi……………………………………………………………………         10
B.     Sampel…………………………………………………………………….         10
C.     Variable Penelitian………………………………………………………...         10
D.    Desain Penelitian…………………………………………………………..        10
E.     Alat dan Bahan Penelitian…………………………………………………        10
Bab IV Hasil dan Pembahasan………………………………………………………        12
A.    Persiapan Tanaman…………………………………………………………       12
B.     Hasil Analisa Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali Asin…………        12
C.     Hasil Analisa Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali Garang………        15
D.    Hasil Analisa Bubuk Serbuk Daun Kelor dengan Sampel
Air Kali Garang……………………………………………………………..      16
Bab V Penutup…………………………………………………………………………      19
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………..     19
B.     Saran…………………………………………………………………………     19
Daftar Pustaka………………………………………………………………………….     20



KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia, rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kita masih diberi kesempatan untuk mengabdi dan menyumbangkan pikiran untuk nusa, bangsa dan negara, khususnya dibidang pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan bangsa, membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk watak dan jiwa social, berbudaya, berakhlak mulia dan berbudi luhur, serta berwawasan pengetahuan yang luas dan menguasai teknologi. Pendidikan itu sendiri merupakan media pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan penguasaan teknologi bagi siswa untuk berkarya secara inovatif, kreatif, dan tepat guna.
Salah satu wujud nyata dari tujuan dan arti dari pendidikan diatas, kami tim penyusun makalah telah berhasil mengembangkan dan menyelesaikan makalah dengan judul “KEGUNAAN DAUN KELOR” dimana makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia kami.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi kita semua. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dari mulai penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini.
Semarang, 15 Januari 2014

Tim Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya. Kehadiran air di dunia ini sangat penting sekali artinya bagi kehidupan karena tanpa air semuanya akan musnah. Sehingga dapat dikatakan bahwa air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan, tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan telah membuktikan bagaimana pentingnya air dalam berbagai fenomena. Namun sumber daya air ada batasnya dan apabila pengelolaannya keliru dapat menimbulkan suatu kerusakan/kehancuran (bencana akibat banjir dan sebagainya). Oleh sebab itu pengembangan dan pengelolaan sumber daya air secara nasional merupakan suatu keharusan.
Kota Semarang merupakan salah satu kota di pulau jawa yang mempunyai pantai dan laut sehingga keberadaan sungai di kota semarang juga banyak. Banyaknya pabrik di kota semarang berpeluang untuk terjadi pencemaran lingkungan, terutama adalah pencemaran air. Misalkan sungai Kaligarang, yang berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herdiana (2008), menyebutkan bahwa Kali Garang telah tercemar logam Cromium (Cr), Cadmium (Cd), Plumbum (Pb) dan Demand Oxygen (DO) dan fenol yang berada diatas ambang batas. Keberadaan logam tersebut sangat berbahaya untuk ekosistem yang ada disekeliling dan kesehatan manusia, dengan begitu harus segera dicarikan solusi. Disisi lain sungai yang berada di Semarang memiliki kekeruhan yang semakin berlebih, padahal air sungai masih digunakan oleh sebagian masyarakat Semarang, misal masyarakat Semarang Utara. Komsumsi air sungai yang kurang diperhatikan kebersihannya dapat menyebabkan berbagai penyakit. Maka dengan begitu akan memperlukan solusi konkret untuk mengubah air keruh menjadi air jernih yang layak dipakai sehari-hari.
Tanaman Kelor (Moringa oleifera, lamk) atau sinonim dari Moringa pterygosperma, Gaertn berasal dari familia Moringaceae merupakan jenis tumbuhan perdu (termasuk ke dalam tumbuhan tingkat tinggi atau biasa disebut dengan pohon kecil) dengan tinggi batang 7 - 11 meter, berbatang lunak dan rapuh, dengan daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk. Di Indonesia, khususnya di lingkungan perkampungan dan pedesaan, tanaman kelor baru sampai menjadi tanaman pagar hidup, batas tanah ataupun penjalar tanaman lain, tetapi manfaat dari daun dan karangan bunga serta buah muda sebagai sayuran, sudah sejak lama digunakan. Bunganya akan tetap dipelihara hingga menjadi buah dan menghasilkan biji yang dapat dijual kepada perusahaan asing yang memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi.
Sejak awal tahun 1980-an oleh Jurusan Teknik Lingkungan ITB, daun kelor digunakan untuk penjernihan air permukaan (air kolam, air sungai, air danau sampai ke air sungai) sebagai pengendap (koagulans) dengan hasil yang memuaskan. Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat. Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih,
Keberadaan biji buah kelor memberikan titik terang untuk di lakukan penelitian penjernihan air sungai kota semarang. Pada penelitian ini, sampel air baku yang digunakan adalah sampel air yang di ambil dari air sungai Kali Garang dan sungai Asin. Tingginya kadar warna dan adanya zat padat terlarut  yang terdapat di kali tersebut harus segera terpecahkan. Hal yang melatar belakangi digunakan air tersebut sebagai sampel air yang perlu dilakukan pengolahan untuk memperbaiki kualitasnya terutama untuk kadar warna. Sebagai salah satu alternatif pengolahan yang sederhana yang dapat diterapkan untuk menurunkan konsentrasi pencemar dengan parameter warna dan zat padat terlarut ( TDS ) adalah dengan memanfaatkan bubuk biji buah kelor dan ekstrak daun buah kelor.



B.       RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1.         Apakah dengan memanfaatkan Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daunKelor  dapat menurunkan kadar warna, kekeruhan dan TDS pada air Kali Garang dan Kali Asin?
2.         Lebih efektif dan efisiensi manakah antara Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daunKelor  dalam  menurunkan kadar warna, dan TDS yang terjadi?
3.         Pada konsentrasi berapakah pada Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor mampu mengefisiensikan penurunanan kadar warna, dan TDS yang terjadi?

C.      TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
1.         Untuk mengetahui manfaat Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor  dalam menurunkan kadar warna, kekeruhan dan TDS pada air Kali Garang dan Kali Asin?
2.         Untuk mengetahui efektif dan efisiensi antara Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor  dalam  menurunkan kadar warna, dan TDS yang terjadi?
3.         Untuk mengetahui konsentrasi yang tepat Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor dalam mengefisiensikan penurunanan kadar warna, dan TDS yang terjadi?

D.      MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.         Meminimalisasi kadar warna, dan TDS dengan memanfaatkan Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor.
2.         Mengetahui efisiensi penurunan kadar warna, dan TDS oleh Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor di Kali Garang dan Kali Asin Semarang.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.    Karakteristik Air Baku
Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk itu perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas air bersih sebelum didistribusikan kepada pelanggan sebagai air minum. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat merubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air (Slamet, 1994).
Untuk dapat memahami akibat yang dapat terjadi apabila air minum tidak memenuhi standar, berikut pembahasan karakteristik beserta parameter kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/MENKES/PER/IX/1990:
A.  Karakteristik Fisis
Sifat-sifat fisis air adalah relatif mudah untuk diukur dan beberapa diantaranya mungkin dengan cepat dapat dinilai oleh orang awam.
1.    Bau, Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberikan petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhan algae.
2.    Rasa, Air minum biasanya tidak memberi rasa/ tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam/ amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pula pada penyebab timbulnya rasa tersebut.
3.    Suhu,Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran / pipa, yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/ pipa, mikroorganisme patoghen tidak mudah berkembang biak, dan Bila diminum dapat menghilangkan dahaga.
4.    Warna, Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urine, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa- senyawa khloroform yang beracun. Warna pun dapat berasal dari buangan industri.
5.    Jumlah zat padat tersuspensi TSS (Total Suspended Solid),Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih kecil dari pada molekul / ion yang terlarut. Materi tersuspensi ini dapat digolongkan menjadi dua, yakni zat padat dan koloid. Zat padat tersuspensi dapat mengendap apabila keadaan air cukup tenang, ataupun mengapung apabila sangat ringan; materi inipun dapat disaring. Koloid sebaliknya sulit mengendap dan tidak dapat disaring dengan (filter) air biasa. Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas air karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk kedalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang butuh cahaya akan mati. Setiap kematian organisme akan menyebabkan terganggunya ekosistem akuatik.
6.    Kekeruhan, Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan-lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga menyebabkan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen.
B.       Karakteristik Kimiawi
Karakteristik kimia cenderung lebih khusus sifatnya dibandingkan dengan karakteristik fisis dan oleh karena itu lebih cepat dan tepat untuk menilai sifat-sifat air dari suatu sampel.
1.    Kimia Anorganik
Air raksa, Aluminium, Arsen, Barium, Besi, Kesadahan, Klorida, Mangan, Ph, Perak, Nitrat, Nitrit, Seng, Sulfat, Tembaga, Timbal, Sianida
2.    Kimia Organik
Aldrin dan dieldrin, Benzo (a) pyrene (B (a) P), Chlordane, Chloroform, 2,4-D, Dichloro-diphenyl-trichloroetane (DDT), Detergen.
C.  Karakteristik Biologis
Analisis Bakteriologi suatu sampel air bersih biasanya merupakan parameter kualitas yang paling sensitif. Kedalam parameter mikrobiologis ini hanya dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebetulnya kedua macam parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit (protozoa, metazoa,tungau), bakteri patogen dan virus. Jumlah perkiraan terdekat (JPT) bakteri coliform/100 cc air digunakan sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Hal ini tentunya tidak terlalu tepat, tetapi sampai saat ini bakteri inilah yang paling ekonomis dapat digunakan untuk kepentingan tersebut.
D.  Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Perubahan genetik dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sulit menembus kulit, jadi bila tertelan lewat minuman maka yang terjadi adalah kerusakan sel-sel pencernaan, sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi dan luasnya pemaparan.


2.    Air Minum
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer, dan sebagainya. Air dapat dikonsumsi sebagai air minum apabila air tersebut bebas dari mikroorganisme yang bersifat patogen dan telah memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Untuk masyarakat awam persediaan air minum, mereka mengambil dari sumber air sebelum dikonsumsi air tersebut harus direbus dahulu. Merebus air sampai mendidih bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang mungkin terkandung dalam air tersebut. Sedangkan air minum yang tersedia di pasaran luas berupa air mineral yang berasal dari sumber air pegunungan dan telah mengalami proses destilasi atau penyulingan di industri dalam skala besar. Penyulingan ini juga bermaksud untuk menghilangkan mineral-mineral yang terkandung baik berupa mikroorganisme maupun berupa logam berat.
3.    Tumbuhan Kelor
Tumbuhan kelor memiliki nama ilmiah :Moringa oleifera Lamk dan Moringa pterygosperma Gaertn. Sedangkan nama daerah : Kelor (Indonesia), Kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo), Keloro (Bugis), Kerol (Buru), Kawona (Sumba), Ongge (Bima), Hau fo (Timor).
A.  Morfologi Kelor
Kelor (Moringa oleifera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Pohonnya kecil, poreus, rasa dan bau tajam. Di Jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai.Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bijinya berbau minyak ”behen” atau ”ben”, bersegi tiga, bersayap 3, seperti selaput, dalam bentuk sisir dengan paruk yang menajam (klentang). Daunnya bersirip tak sempurna, daun kecil, berbentuk telur, sebesar ujung jari. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau, terkumpul dalam pucuk lembaga di bagian ketiak. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Kulit akarnya berasa dan berbau tajam dan pedas. Biasanya dijual sebagai pipa kecil atau dipotong menjadi bentuk saluran. Bagian dalam akar berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.
B.       Manfaat Kelor
Kelor ( Moringa oleifera Lamk) banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Banyak berbagai macam penyakit yang dapat sembuh dengan mengkonsumsi tanaman kelor ini, entah yang diambil bagian akar, batang, daun, bunga, buah, maupun bijinya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti : untuk bahan makanan. Biasanya bagian yang diambil untuk dijadikan bahan makanan adalah daunnya. Daun tersebut dimasak menjadi sayur bening atau sayur bobor, yang tentunya mempunyai nilai gizi tinggi.
Penjernihan air dengan daun kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus daun kelor dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air. Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor. Bentuk daun, bunga, dan buah kelor dapat dilihat pada Gambar. Bahan untuk menjernihkan air adalah daun kelor yang sudah tua betul dan kering.
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air
1.    Keuntungan
a)        Caranya sangat mudah
b)        Tidak berbahaya bagi kesehatan
c)        Dapat menjernihkan air lumpur, maupun air keruh ( keputih-putian, kekuning – kuningan, keabu – abuan )
d)       Kualitas air lebih baik
e)        Kuman berkurang
f)         Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang
g)        Air lebih cepat mendidih.
2.    Kerugian :
Kelor tidak berada di semua daerah, Air hasil penjeernihan dengan kalor harus segera digunakan dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya, penjernihan dengan cara ini hanya untuk skala kecil.

Air limbah adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan kotoran yang umum. Endapan dan bahan terlarut yang berasal dari adanya bahan buangan industri itu berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak larut sempurna akan mengendap di dasar sungai. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Akibatnya, proses fotosintesis mikroorganisme terganggu. Apabila endapan yang terjadi berasal dari bahan buangan organik, maka mikroorganisme di dalam air mendegradasibahan organik tersebut menjadi bahan yang lebih sederhana. Hal ini menyebabkan oksigen terlarut berkurang dan mengganggu kehidupan organisme lain yang memerlukan oksigen. Apabila bahan buangan berupa bahan anorganik yang dapat larut maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan tersebut (Santosa, 2004).










BAB III
METODE PENELITIAN

A.       Populasi
Populasi yang digunakan adalah tanaman  kelor (Moringa oleifera L)
B.       Sampel
Sampel yang digunakan adalah bubuk daun kelor(Moringa oleifera L) dan ekstra daun kelor(Moringa oleifera L).
C.       Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti adalah efisiensi dan efektifitas Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor  dalam  menurunkan kadar warna, dan TDS yang terjadi dan mencari konsentrasi yang tepat Bubuk Daun kelor dan Ekstrak daun Kelor dalam mengefisiensikan penurunanan kadar warna, dan TDS yang terjadi. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah Air Sungai “Kali Garang” dan “Kali Asin”. Sedangkan variabel bebasnya adalah bubuk biji buah kelor dan ekstrak daun buah kelor.
D.       Desain Penelitian
Penelitian dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancang Acak Lengkap faktorial, artinya penelitian ini di pengaruhi oleh faktor-faktor dalam penelitan. Faktor tersebut adalah konsentrasi bubuk biji buah kelor dan ekstrak daun buah kelor.
E.        Alat dan Bahan Penelitian
1.    Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi labu ukur, corong pemisah, pipet, termometer, timbangan analitis, gelas piala, gelas ukur, labu ukur, pH meter, oven, corong, gelas arloji, wadah plastic, kit distilasi, lumping porselin, blender.
2.    Bahan Penelitian
Biji Buah Kelor, diambil bubuk dan ekstrak.
3.    Prosedur Penelitian
a.    Penjernihan menggunakan bubuk biji buah kelor.
1)   Kupas daun kelor dan bersihkan kulitnya
2)   Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk sampai halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang
3)   Campur tumbukkan daun kelor dengan air keruh dengan Jumlah serbuk yang digunakan adalah 1 gram bubuk, 3 gram bubuk, 5 gram bubuk, 10 gram bubuk.  Masing ekstrak dimasukan kedalam 1 liter air limbah,
4)   Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/menit.
5)   Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit.
6)   Kemudian mengamati proses yang terjadi.
b.    Penjernihan dengan menggunakan Ekstrak daun Buah Kelor
1.    Kupas daun kelor dan bersihkan kulitnya
2.    Biji yang sudah bersih diblender, sehingga dihasilkan larutan daun kelor
3.    Hasil larutan tersebut diekstrak kedalam tabung distilasi, distilat berupa ekstrak daun buah kelor.
4.    Ekstrak kemudian di larutkan kedalam air sungai yang diambil dengan berbagai konsentrasi. Selanjutnya  air diaduk merata.
5.    Konsentrasi yang digunakan adalah 1 ml ektrak, 3 ml ekstrak, 5 ml ekstrak, 10 ml ekstrak. Masing ekstrak dimasukan kedalam 1 liter air limbah,
6.    Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/menit.
7.    Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit.
8.    Kemudian mengamati proses yang terjadi.
4.    Analisis Data
a.    Analisa efisiensi bubuk daun kelor dalam menurunkan warna dan mengurangi kekeruhan dan TDS, analisa dilakukan dengan melihat banyaknya zat terlarut.
b.    Analisa efisiensi ekstrak daun kelor dalam menurunkan warna dan mengurangi kekeruhan dan TDS, analisa dilakukan dengan melihat banyaknya zat terlarut.
c.    Analisa efisiensi bubuk daun kelor dan ekstrak daun buah kelor dengan berbagai konsentrasi dalam menurunkan warna dan mengurangi kekeruhan dan TDS.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Persiapan tanaman
Pada penelitian ini digunakan tanaman Kelor sebagai tanaman yang akan menyerap molekul-molekul koloid dalam air. Tanaman ini memiliki keunggulan yaitu adanya zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengabsorbsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Tanaman ini diambil dari dari Ngalian, Semarang. Persiapan awal dilakukan agar tanaman yang digunakan dalam penelitian memiliki kondisi optimal dalam proses absobsi. Tanaman pilih daun yang sudah cukup tua, hal ini diharapkan untuk mendapatkan kandungan zat an-organik dalam daun sudah lengkap. Hal tersebut dikarenakan daun yang sudah tua metabolisme tubuh sudah maksimal. Selain menyiapakan daun, maka daun kelor juga dipersiapakan dengan mengambil biji yang sudah sedikit tua (sebagai indikator minimal) kemudian di jemur untuk mengurangi kadar air dalam biji. Kandungan zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate dalam biji lebih banyak dari pada kandungan didalam daun. Hal ini memungkinkan penyerapan biji lebih banyak.

B.     Hasil Analisa Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali Asin 
Metode Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali Asin adalah metode yang digunakan dengan cara menganalisis kemampuan ekstrak daun kelor dalam menyerap molekul-molekul koloid dalam air sampel tersebut. Pada metode ini digunakan ekstrak daun kelor dengan konsentrasi 100%, dengan masing-masing dosis perlakuaan mulai 1 ml, 3 ml, 5 ml dan 10 ml. Sampel air kali asin yang gunakan dimasing-masing gelas ukur, volumnya adalah 1 liter. Masing-masing sampel akan di reaksikan dengan ekstrak daun kelor dengan dosis yang berbeda. Sebelum di reaksikan, langkah yang dilakukan adalah dengan mengukur suhu air sampel pada kondisi awal, melihat kekeruhan awal, dan melihat ada atau tidaknya endapan koloid sebelum reaksi dan mencatat waktu mulai rekasi sebagai bahan untuk mengetahui beberapa lama kemampuan ekstrak daun kelom untuk menurunkan kekeruhan dan mengendapkan partikel-partikel koloid didalam air. Hasil yang diperoleh disajikan pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 : Hasil perlakuan sampel Air Kali Asin dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor
NO
Sampel Air Kali Asin
Suhu (oC)
Kekeruhan
Endapan
Waktu
Warna
Awal
Akhir
Awal
Akhir
Awal
Akhir
1
Air Sampel + 1 ml ekstrak Daun Kelor
30
27
++++
+
-
+
24 Jam
Bening
2
Air Sampel + 3 ml ekstrak Daun Kelor
30
27
++++
++
-
++
24 Jam
Emas Pudar
3
Air Sampel + 5 ml ekstrak Daun Kelor
30
27
++++
++
-
+++
24 Jam
Emas
4
Air Sampel+10 ml ekstrak Daun Kelor
30
27
++++
++
-
++++
24 Jam
Emas Pekat











Volume masing-masing Sampel 1 liter; Konsentrasi ekstrak 100%.
           
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun kelor mampu mengabsorbsi kotoran partikel melayang didalam air dengan masing-masing dosis yang diberikan. Semua air sampel Kali Asin terlihat memiliki suhu awal sebelum reaksi terjadi adalah sebesar 30oC, akan tetapi setelah akhir penelitian diperoleh angka suhu air adalah 27oC. Perubahan suhu dengan nilai ∆t 3oC menyebabkan air menurun suhunya sehingga suhu 27oC mengakibatkan air lebih sejuk, dan kesejukan itulah yang menjadi indikator kualitas air menikat. Berikut adalah grafik 1 yang menyatakan penurunan suhu:
Grafik 1: Penurunan suhu pada sampel setelah diberi perlakuaan
Sampel air Kali Asin yang diambil memiliki tingkat kekeruhan yang cukup nyata, Warna keruhan tersebut  disebabkan suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, disamping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Selain itu warna putih keruh juga disebabkan oleh warna organik yang mudah larut dan beberapa ion logam(Benny Chatib, 1990). Kekeruhan air tidak terlepas adanya bahan-bahan yang tersuspensi yang termasuk bersifat koloid (Tchobanoglous, 1985). Zat warna adalah suatu senyawa yang komplek yang dapat dipertahankan didalam jaringan molekul-molekul. Zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jauh, sehingga zat warna harus terdiri dari chromogen sebagai pembawa warna dan Auksokrom sebagai pengikat antara warna dengan serat. Chromogen adalah senyawa aromatik yang berisi chromopore yaitu zat pemberi warna yang berasal dari radikal kimia seperti kelompok azo (N=N). Agar warna dapat masuk dengan baik kedalam bahan yang akan diberi warna maka diperlukan bahan dari auxochrome yaitu radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan, misalnya kelompok pembentuk garam –NH2 atau OH (Wardana, 1994).
Dengan begitu dari tabel 1 diperoleh hasil perlakuan terhadap sampel tersebut adalah maksimal dalam menurunkan tingkat kekeruhan, sehingga diperoleh hasil pada sampel 1 penurunan kekekeruhan hanya satu point. Angka satu point menyatakan bahwa ekstrak 1 ml memberikan hasil warna air yang jernih dan bening. Hal tersebut berbeda dengan sampel no 2 s.d 4 yang diperoleh tingkat kejernihan pada poin 2, artinya bahwa ekstrak yang diberikan dengan dosis 2 ml, 3 ml, 5 ml dan10 ml tidak memberikan efek perbedaan yang nyata. Sebaliknya bahwa semakin banyak dosis yang diberikan maka warma sampel air yang diperoleh semakin pekat berwarna emas. Hal tersebut diduga bahwa konsentrasi ekstrak daun kelor 100% yang terlalu pekat menyebabkan warna hasil perlakuan juga pekat. Ada indikasi bahwa jika dilakukan penurunan konsentrasi maka jika sampel di uji dengan dosis yang semakin banyak maka kemungkinan warna sampel akan lebih jernih. Berikut grafik yang menjelaskan penurunan kekeruhan berbagai dosis yang diberikan.
Semakin banyak dosis yang diberikan pada sampel air maka akan semakin banyak pula partikel kotoran yang melayang didalam air mampu diabsorbsi dan endapkan. Semakin banyak dosis yang diberikan maka semakin banyak pula kandungan zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, sehingga kemampuan  mengabsorbsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensisemakin maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan partikel-partikel kotor yang melayang paling tinggi adalah sampel yang diberi ekstrak daun kelor dengan dosis 10 ml. Banyaknya endapan yang dihasilkan seharusnya menyebabkan air tidak berwarna dan lebih jernih, akan tetapi karena konsentrasi daun kelor yang diberikan adalah 100%, maka kepekatan ekstrak tersebut yang menyebabkan air menjadi berwarna kuning keemasan. Untuk menghasilkan pencernihan air sampel tersebut waktu yang digunakan adalah 24 jam.

C.    Hasil Analisa Ekstrak Daun Kelor dengan Sampel Air Kali Garang 
Kondisi awal sampel yang diambil adalah berwarna kuning keruh, dengan banyak partikel-partikel koloid yang melayang-layang didalam air. Perlakuan yang dilakukan adalah sama dengan memberikan dosis yang berbeda pada setiap sampel, dengan konsentrasi ekstrak daun kelor 100%. Dosis yang dipakai mulai 1 ml, 3 ml, 5 ml, dan 10 ml. parameter hasil yang digunakan adalah mengukur suhu awal dan akhir sampel, perubahan kekeruhan yang diperoleh, perubahan warna, kejernihan air dan waktu yang dibutuhkan. Berikut tabel hasil perlakuan uji efektifitas ekstrak daun kelor terhadap sampel air Kali Garang.
Tabel 2 : Hasil perlakuan sampel Air Kali Garang dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor
NO
Sampel Air Kali Garang
Suhu (oC)
Kekeruhan
Endapan
Waktu
Warna
Awal
Akhir
Awal
Akhir
Awal
Akhir
1
Air Sampel + 1 ml ekstrak Daun Kelor
30
27
+++++
+
-
+
24 Jam
Bening
2
Air Sampel + 3 ml ekstrak Daun Kelor
30
27
+++++
++
-
++
24 Jam
Emas Pudar
3
Air Sampel + 5 ml ekstrak Daun Kelor
30
27
+++++
++
-
++++
24 Jam
Emas
4
Air Sampel+10 ml ekstrak Daun Kelor
30
27
+++++
++
-
+++++
24 Jam
Emas Pekat

Volume masing-masing Sampel 1 liter; Konsentrasi ekstrak 100%.

Hasil pengamatan yang terdapat pada tabel 2 diperoleh data yang sama seperti pada tabel 1. Pada tabel dua konsidi suhu awal sampel diukur dan diperoleh 30oC dan suhu akhir terbaca menurun 3oC sehingga suhu menjadi 27oC. Penuruan suhu sampel air Kali Garang yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor mampu meningkatkan kualitas air yang diukur pada indikator suhu. Selanjutnya kondisi ekstrak yang pekat menyebabkan sampel yang diberikan perlakuan menjadi bening dengan warna air emas. Warna bening, emas pudar, emas dan emas pekat merupakan hasil setelah dilihat indikator kekeruhan sampel dimana sampel yang diberikan ekstrak dengan dosis 1 ml menyebabkan air benar-benar bening, akan tetapi semakin tinggi dosis yang diberikan akan menyebabkan air sampel hasil perlakuan menjadi berwarna emas. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa dosis yang tinggi dengan konsentrasi 100% menyebabkan warna air sesuai dengan warna ekstrak.
Tabel 2 pada kolom kekeruhan terlihat hasil bahwa semakin tinggi dosis yang dibeirkan dengan konsentrasi 100% menyebabkan ekstrak mampu mengabsorbsi patrikel-partikel kotor yang melayang di air sampel. Data tersebut terkuatkan pada sampel no 4 yang diperlakukan dengan menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 10 ml, maka hasil pengendapan sangat banyak hingga mencapai indikator angka 5. Semakin banyak dosis ekstrak yang diberikan maka semakin tinggi kandungan zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, sehingga kemampuan  mengabsorbsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air sampel suspensisemakin maksimal. Perubahan suhu, perubahan kekeruhan dan pengendapan koloid yang diperoleh merupakan pengamatan yang dilakukan selama 24 jam.

D.    Hasil Analisa Bubuk Serbuk Daun kelor dengan Sampel Air Kali Garang 
Daun kelor merupakan organ yang memiliki kemampuan metobolisme sekunder yang baik. Semakin tua daun kelor maka kandungan zat organik dan an-organik semakin maksimal. Maksimanya kandungan zat tersebut dikarenan metobolit sekunder yang terjadi didalam sel berjalan lebih maksimal. Hal tersebut memungkinkan kandungan zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate semakin lengkap unsur-unsur pembentuknya dan memungkinkan kadar zat aktif tersebut semakin pekat. Sehingga jika daun kelor di serbukkan dan kemudian  uji kedalam air sampel maka akan diperoleh hasil yang maksimal untuk menurunkan suhu, menurunkan kekeruhan dan memaksimalkan penyerapan koloid dan menghasilkan warna air sampel menjadi bening. Berikut hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel air Kali Garang yang di beri perlakuan dengan meggunakan bubuk serbuk daun kelor.
Tabel 3 : Hasil perlakuan sampel Air Kali Garang dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor
NO
Sampel Air Kali Garang
Suhu (oC)
Kekeruhan
Endapan
Waktu
Warna
Awal
Akhir
Awal
Akhir
Awal
Akhir
1
Air Sampel + 1 gr Serbuk Daun kelor
30
26
+++++
+
-
+++++
24 Jam
Bening

Tujuan eksperimen awal adalah untuk menguji kemampuan ekstrak dan serbuk daun kelor dalam kemampuan untuk menurukan suhu, menurunkan kekeruhan dan memaksimalkan penyerapan koloid dan menghasilkan warna air sampel menjadi bening, tidak begitu berasil. Beberapa hal yang menyebabkan tidak berasilnya memanfaatkan biji sebagai indikotor yang mampu menjadi bahan ko-ogulator adalah : (1) Habitat Pohon kelor yang sulit diperoleh dikota Semarang, (2) Populasi pohon kelor yang semakin berkurang di kota Semarang, (3) Belum musim berbuah, sehingga sulit untuk memperoleh daun kelor. Akan tetapi dengan berusaha semaksimal mungkin ternyata memperoleh daun kelor dengan kondisi morfologi yang belum begitu tua. Biji yang diperoleh kemudian dikeringkan dan dibuat serbuk. Serbuk yang dihasilkan akan digunakan sebagai bahan perlakuan.  Hasil yang diperoleh ada 1 gram serbuk daun kelor, kemudian digunakan untuk perlakuan dengan sampel air Kali Garang 1 liter. Alasan digunakannya sampel air Kali Garang adalah bentuk karakteristik air yang lebih keruh dibandigkan dengan air Kali Asin, sehingga diharapakan bubuk serbuk daun kelor dapat maksimal untuk memperbaiki kualitas air sampel. Berdasarkan data tabel 3 diatas maka kemampuan 1 gram serbuk daun kelor sangatlah efektif, hal tersebut dapat dilihat dari hasil penurunan suhu akhir, penurunan kekeruhan pada suhu akhir, pengendapan koloid dan partikel kotor yang melayang dalam sampel air dan perubahan waran yang dihasilkan setelah perlakuan diberikan.

Hal ini memberikan pesan tertulis bahwa serbuk daun kelor dengan dosis 1 gram yang diberikan pada sampel air Kali Garang selam kurang lebih 24 jam, mampu menurunkan suhu sampel sampai ∆t 4oC sehingga suhu turun dari 30oC menjadi 26oC. ada kemungkinan jika dosis serbuk ditambah maka kemampuan untuk menurunkan suhu semakin baik. Selanjutnya kemampuan menurunkan kekeruhan sangat efektif karena pada indikator kekeruhan pada point 5 mampu diturunkan pada point 1. Penurunan kekeruhan yang dihasilkan sangat menakjubkan karena mengakibatkan warna air sampel menjadi lebih bening dan jernih tanpa ada unsur warna kuning. Hasil tersebut sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan ekstrak daun kelor, karena pada ekstrak daun kelor meninggalkan efek berwarna emas bening pada air sampel.
Kondisi awal sampel yang tidak mampu mengendapkan koloid dan partikel layang didalam air ternyata mampu di serap dan di endapkan oleh 1 gram serbuk daun kelor. Hasil yang diperoleh sangat maksimal karena pengendapan koloid dan partikel mencapai pada indikator poin 5 dari kondisi awal 0. Pengendapan ini juga menyebabkan air sampel menjadi lebih jernih dan bening. Untuk melihat perbandingan efektifitas ekstrak daun kelor dan serbuk daun kelor.
Hal ini memperlihatkan bahwa bubuk serbuk daun kelor lebih unggul dalam menurunkan suhu dengan nilai ∆t 4oC sedangkan ekstrak daun kelor baru mempu menurunkan suhu dengan nilai ∆t 3oC. Fakta lain memperlihatkan bahwa bubuk serbuk daun kelor unggul dalam menurunkan kekeruhan dengan angka selisih 1 point. Sedangkan dalam hal kemampuan untuk mengendapan koloid dan partikel layang, jelas bubuk serbuk kelor lebih unggul 4 point diatas ekstrak daun kelor. Dengan perhitungan dari kondisi awal endapan tidak ada sampai endapan mencapai indikator 5 point pada bubuk serbuk daun kelor sedangkan ekstrak daun kelor baru mampu menurunkan indikator 1 poin penyerapan. Warna hasil eksperimen yang dihasilkan cukup berbeda nyata dimana bubuk lebih unggul dalam menjernihkan. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa pada perbandingan dosis yang sama bubuk serbuk daun kelor lebih efektif dibandingkan ekstrak daun kelor.


BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1.    Ekstrak daun kelor pada konsentrasi 100% dengan dosis 1 ml mampu menurunkan kekeruhan air sampel Kali Asin dan air Kali Garang dan menyebabkan warna bening.
2.    Ekstrak daun kelor pada konsentrasi 100% dengan 10 ml mampu mengendapakan  air sampel Kali Asin dan air Kali Garang sampai indikator 4.
3.    Ekstrak daun kelor pada konsentrasi 100% dengan dosis 1 ml lebih maksimal menjernihkan air dari pada Ekstrak daun kelor pada konsentrasi 100% dengan 10 ml.
4.    Ekstrak daun kelor pada konsentrasi 100% dengan dosis 10 ml lebih maksimal mengendapkan koloid dan partikel kotor layang dalam air sampel dari pada Ekstrak daun kelor pada konsentrasi 100% dengan 1 ml.
5.    Bubuk serbuk daun kelor lebih efektif menurunkan suhu, menurunkan kekeruhan, peningkatkan penyerapan dan menjernihkan air dari pada ekstrak daun kelor
6.    Bubuk serbuk daun kelor1 gram lebih efektif menurunkan suhu, menurunkan kekeruhan, peningkatkan penyerapan dan menjernihkan air dari pada ekstrak daun kelor dengan dosis 1 ml.
 B.     SARAN

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan penelitian  ini yang belum sempurna. Maka saran kedepan untuk dilakukan penelitian ulang dengan membandingkan konsentrasi ekstrak daun kelor yang bervariasi sehingga mampu diperoleh dosis yang tepat untuk menurunkasn suhu, menurunkan kekeruhan, meningkatkan penyerapan, dan menjernihkan warna tanpa ada efek warna kepekatan dari ekstrak daun kelor tersebut. Selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan membandingkan berbagai dosis bubuk serbuk daun kelor yang digunakan.


DAFTAR PUSTAKA


Alaert G, dan S.S Santika, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya,Indonesia

Chatib B, Diktat Pengolahan Air Minum, ITB, Bandung

Effendi Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Fardiaz, Srikandi, 1992, Polusi Udara dan Air, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Kodoatie, dan Sjarief, 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi Offset, Yogyakarta

Mahida, U.N, 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah industri, Rajawali, Jakarta

Purwantoyo, dan Pitojo, S, 2003, Deteksi Pencemar Air Minum, CV. Aneka Ilmu, Demak

Slamet, J,S., 1994, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press,Yogyakarta

Sutrisno, dan Suciati., 1987, Teknologi Penyediaan Air Bersih., Penerbit Rineka Cipta Karya, Jakarta

Tjokrokusumo, 1995, Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengolahan dan Pengolahan Air, STTL, Yogyakarta


Winarno, F G, 1996, Air Untuk Industri Pangan, PT. Gramedia, Jakarta
 

1 komentar:

  1. Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk Boiler cooling tower chiller dan waste water treatment untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
    WA:0813-1084-9918
    Terima kasih

    BalasHapus